Ada banyak teori yang mengatakan apa sesungguhnya fungsi rambut kemaluan
pada manusia. Salah satunya, untuk merangsang pasangan secara seksual
melalui feromon. Cara kerja feromon ini memang tidak jelas karena tidak
dapat dirasakan dengan sadar. Teori lainnya mengatakan, rambut kemaluan
dipercaya dapat menghangatkan alat kelamin, mencegah kotoran masuk ke
dalam vagina (bagi perempuan), melindungi kulit terhadap gesekan tubuh,
juga memberikan perlindungan iritasi saat berhubungan seksual.
Karena
fungsinya untuk melindungi kulit, ada yang menganjurkan agar kita tidak
mencabut atau mencukur rambut kemaluan. Salah satu penyebabnya adalah
karena bisa menimbulkan lubang kecil (luka iritasi) pada kulit. Lubang
atau luka kecil ini akan menjadi pintu masuk kuman atau jamur. Terutama
pada perempuan dengan kondisi vagina yang mudah sekali lembab. Kondisi
ini pula yang nantinya bisa menyebabkan infeksi di kulit daerah intim
Anda.
Tak sedikit juga yang percaya bahwa semakin sering mencukur rambut kemaluan, maka pubic hair akan tumbuh lebih cepat, lebih tebal, dan warnanya menjadi lebih gelap. Padahal mitos ini keliru. Pasalnya, mencukur pubic hair
tidak memengaruhi pertumbuhan rambut. Yang berbeda hanya kondisi bentuk
ujung rambutnya saja karena ujungnya yang lebih tipis tadi sudah
dicukur. Faktanya, rambut kemaluan yang tumbuh kembali akan kembali
tumbuh persis seperti keadaan sebelumnya.
Mitos lain menyebutkan
mencukur rambut kemaluan, membuat area vagina gatal dan benjol. Padahal,
bercukur justru membantu kulit terlihat dan terasa halus dengan
menghapus lapisan atas sel-sel kulit mati.
Jangan menelan mentah-mentah pula mitos yang mengatakan mencukur pubic hair akan
membuatnya tumbuh ke dalam dan menimbulkan semacam bintil merah mirip
jerawat. Kalaupun ini terjadi, biasanya diakibatkan cara mencukur yang
salah. Hindari dengan menempelkan handuk hangat pada vagina sebelum
bercukur dan gunakan loofah setelah bercukur.
Sumber : Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar